Puluhan tahun yang lalu, di zaman orang tua serta kakek nenek kita hidup sangat minim sekali pengetahuan mengenai mental health atau yang biasa kita sebut saat ini dengan penyakit mental. Dahulu kala penyakit mental yang dikenal banyak orang ialah gangguan jiwa atau kerap kita kenal dengan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).
Hidup di zaman dahulu jauh lebih keras daripada zaman sekarang. Apalagi jika kita membayangkan peperangan dan gencatan senjata terjadi pada masa peperangan. Bagaimana bisa orang – orang hidup dengan damai? Jika kaum milenial zaman sekarang dihidupkan pada masa peperangan dahulu, mungkin semuanya sudah kena “mental health”.
Bukan meremehkan atau menganggap enteng tentang kesehatan mental. Saya sendiri sangat peduli sekali dengan orang yang BENAR – BENAR membutuhkan pertolongan. Namun, terkadang saya tertawa melihat anak – anak zaman now yang sangat suka sekali berlindung dibalik kata “mental health” atau kesehatan mental.
Familiar dengan Work Life Balance?
Semakin berkembangnya manusia, semakin banyak pengetahuan yang ditemukan. Bukan hanya pengetahuan, setiap orang menjadi makin pintar berkat belajar mudah melalui internet. Apa saja dapat kita cari dan kita temukan dengan menjelajahi internet. Salah satu kata yang sangat populer belakangan ini adalah “Work Life Balance”.
Work Life Balance sebenarnya dibuat oleh para peneliti sebagai suatu bentuk penyampaian bahwa pekerjaan dan kehidupan sosial harus berjalan sebanding. Bekerja terlalu berlebihan dapat menyebabkan hal – hal yang tidak diinginkan. Demi kesehatan mental, alangkah baiknya bekerja dibarengi dengan peduli pada diri sendiri.
Namun kini, banyak sekali kaum milenial yang merasa dikit – dikit work life balance, dikit – dikit kesehatan mental. Terlalu banyak self reward atau hadiah untuk diri sendiri dibandingkan dengan kegigihan dalam bekerja.
Kenyataannya mayoritas kaum gen z ini merasa kerja dikit sudah capek dan menyebabkan stres. Ditegur atasan dikit katanya tidak baik untuk kesehatan mental. Berselisih dengan teman sekantor katanya lingkungan toxic. Pertanyaannya, kalau seluruh lingkungan kamu seperti itu apakah yang bermasalah orang disekitar kamu atau diri kamu sendiri yang terlalu manja?